Salam...
Kembali lagi pada antologi bersama. Kali ini adalah antologi yang diselenggarakan oleh Himpunan Masyarakat Gemar Membaca (HMGM) dan diketuai oleh Rg Bagus Warsono. Lagi-lagi saya beruntung, atau apalah namanya, karena nama pena saya dipertemukan kembali dalam satu buku bersama penyair yang jam produktifnya sudah jelas tidak diragukan lagi seperti Seruni Unie, En Kurliadi Nf, Ekohm Abiyasa, Budhi Setyawan, Sofyan RH. Zaid, dan kawan-kawan penyair lainnya yang mantap, bukan sekadar isapan jempol belaka.
Antologi yang disusun bertemakan "Kampung Halaman". Saat ini, raga manusia, perantau khususnya, terkadang lupa makna kampung halaman. Terkadang pula, terlalu asyik dengan kampung barunya, sehingga enggan untuk pulang menilik halaman-halaman sebelumnya.
ANTOLOGI LUMBUNG PUISI 2000 merupakan kegiatan sastra murni dan bukan lomba, kegiatan dokumentasi karya sastra, kegiatan persahabatan penyair Indonesia. Penyair yang naskahnya dimuat dalam buku Lumbung Puisi 2000 tidak mendapatkan honorarium namun akan dikirimi 2 buku tersebut tanpa mengganti ongkos cetak. Hak cipta tetap pada penyairnya dan tidak menuntut atas dimuatnya naskah tersebut, karena merupakan kegiatan dokumentasi sastra.
http://majalahsuluh.blogspot.com/2014/08/pengisi-antologi-lumbung-puisi.html
ANTOLOGI LUMBUNG PUISI 2000 merupakan kegiatan sastra murni dan bukan lomba, kegiatan dokumentasi karya sastra, kegiatan persahabatan penyair Indonesia. Penyair yang naskahnya dimuat dalam buku Lumbung Puisi 2000 tidak mendapatkan honorarium namun akan dikirimi 2 buku tersebut tanpa mengganti ongkos cetak. Hak cipta tetap pada penyairnya dan tidak menuntut atas dimuatnya naskah tersebut, karena merupakan kegiatan dokumentasi sastra.
http://majalahsuluh.blogspot.com/2014/08/pengisi-antologi-lumbung-puisi.html
Saya mengirimkan tiga judul puisi, antara lain: MEMORI KECIL, KOTA HALAMAN, dan GADIS BERPARAS HIJAU. Meskipun saya tidak termasuk pada kategori 20 puisi terbaik, saya bersyukur, setidaknya saya masih diberi kesempatan untuk berpartisipasi dan meninggalkan sesuatu yang bisa dibaca jika kelak saya telah terhenti dalam berkarya.
MEMORI KECIL
: Lumpur Lapindo
aku
nyanyi sepi
pada
tangga nada tak berarti
retak
melawan jam yang berdetak
dalam
mimpi impian tak berarak
aku
nyanyi tanpa nyali
suara
alam dulu kudengar jeli
kini
tersumbat genang lumpur-lumpur
ah,
mungkinkah aku yang salah melindur?
oh,
aku ingat kecilku dulu
terbukalah
ingatan masa lalu
aku
berlari-lari sumringah
menarik
mobil kulit jeruk tanpa jengah
tarik-ulurkan
tali layang tanpa gundah
berlomba
sepeda pelan tanpa resah
menghirup
udara yang dianugerah
aku
menyeka masa kala kanak di desa
dari
desa asri yang ramai suara ngaji
juga
dipenuhi gedung-gedung industri
aku
sedang berdiri terngiang ngilu kini
menahan
pilu mengharu pada tanah yang berubah kelabu
oh,
rumahku dulu tak begini
sawah-sawah
hijau asri
memendar
wangi embun-embun pagi
capung-capung
datang mengitari
kini,
kemana mereka pergi?
tiba-tiba
oksigen yang kureguk berubah metana busuk
tangga-tangga
rumahku basah terkubur lumpur
melebar
dan menuntutku tak tetap tinggal
sedih,
kecewa, memegang kesal
dimana
halaman yang kusebut kampung?
kampung
tempatku dilahirkan dulu
rumah
yang kurindu
kurindu
‘tika pulang dari tempatku beradu
aku
nyanyi sepi dan tanpa nyali
dalam
mimpi-mimpi terkubur memori
Nadi
No comments:
Post a Comment