Home

Search This Blog

Tuesday 17 May 2011

ERYTHROBLASTOSIS FETALIS FETUS


ERYTHROBLASTOSIS FETALIS FETUS


ERYTHROBLASTOSIS FETALIS atau PHILIP LAVINE merupakan suatu kelainan berupa hemolisis pada janin atau bayi yang baru lahir. Hal ini karena inkompatibilitas golongan darah dengan ibunya. Inkompabilitas ini menyebabkan terbebtuknya sistem imun ibu sebagai respon terhadap sel darah bayi yang mengandung suatu antigen.

A.    Penyebab
Erytrhoblastosis Fetalis atau Philip Lavine atau disebut juga penyakit kuning pada bayi, disebabkan karena ketidakcocokangolongan Rh antara suami dan istri.
Rh (Rhesus) terbagi menjadi 2 macam, yaitu rhesus positif (Rh+) dan rhesus negatif (Rh-). Apabila darah seseorang diberi dengan serum anti Rh, kemudian akan terjadi penggumpalan, maka orang tersebut memiliki rhesus positif (Rh+). Sebaliknya, jika tidak terjadi penggumpalan, maka orang tersebut memiliki rhesus negatif (Rh-).
Mayoritas penduduk di Indonesia termasuk golongan rhesus positif (Rh+).

B.     Mekanisme
Apabila seorang ibu yang hamil bergolongan Rh- dan janin pada kehamilannya memiliki Rh+, maka kemungkinan terjadi proses inkompabilitas golongan darah. Janin akan membentuk Rh antigen. Sel-sel eritrosit janin akan keluar ke tubuh ibu melalui plasenta. Pada keadaan tersebut, tubuh ibu akan memproduksi antibodi (anti Rh antibodi) yang melawan anti Rh-. Sehingga antibodi tersebut akan menyerang Rh+ pada eritrosit janin.
Umumnya, pada kehamilan pertama bayi yang dikandung akan selamat. Namun, pada kelahiran bayi kedua, jika bayi yang dikandungnya bergolongan Rh+, maka anti Rh ibu akan masuk dalam peredaran darah janin sehingga bertemu dengan antigen Rh janin tersebut yang mengakibatkan penggumpalan dan kelainan pembentukan sel darah merah (erythroblastosis fetalis fetus).

C.    Gejala
a.   Tubuh menggembung oleh cairan.
b.   Hati dan limpa membengkak.
c.   Di dalam darah bayi terdapat erythroblast (penggumpalan eritrosit).
d.  Kulit berwarna kuning keemasan.

D.    Akibat
Jika tidak segera ditolong, akan mengakibatkan kematian pada bayi.

E.     Pengobatan
Mengganti seluruh darah bayi dengan yang normal.

Epidermolisis Bolusa


EPIDERMOLISIS BOLUSA


EPIDERMOLISIS BOLUSA merupakan penyakit atau kelainan yag terjadi pada jaringan epitellium penutup, yang berfungsi untuk melapisi permukaan tubuh dan jaringan lainnya. Epidermolisis bolusa disebabkan karena kolagen dalam dermis tidak normal dan tidak membentuk jaringan penutup, sehingga kulit penderita akan melepuh.

Monday 16 May 2011

Staphylococcus epidermidis


Staphylococcus epidermidis


A. DESKRIPSI
Staphylococcus epidermidis adalah salah satu spesies bakteri dari genus Staphylococcus yang diketahui dapat menyebabkan infeksi oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah). Beberapa karakteristik bakteri ini adalah fakultatif, koagulase negatif, katalase positif, gram positif, berbentuk kokus, dan berdiameter 0,5 – 1,5 µm. Bakteri ini secara alami hidup pada kulit dan membran mukosa manusia. Infeksi Staphylococcus epidermidis dapat terjadi karena bakteri ini membentuk biofilm pada alat-alat medis di rumah sakit dan menulari orang-orang di lingkungan rumah sakit tersebut (infeksi nosokomial). Secara klinis, bakteri ini menyerang orang-orang yang rentan atau imunitas rendah, seperti penderita AIDS, pasien kritis, pengguna obat terlarang (narkotika), bayi yang baru lahir, dan pasien rumah sakit yang dirawat dalam waktu lama.
Gram strain of Staphylococcus epidermidis
(picture:  http://faculty.ccbcmd.edu/courses/bio141/labmanua/lab5/dsstaph.html)

Gram strain of Staphylococcus epidermidis

Organisme ini menghasilkan glycocalyx "lendir" yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke plastik dan sel, menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan antibiotik. Staphylococcus epidermidis dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama. Staphylococcus epidermidis hidup parasit pada manusia dan hewan berdarah panas lainnya. (Nilsson, et al. 1998).

B. KLASSIFIKASI
Kerajaan :  Bacteria
Filum       :  Firmicutes
Kelas      :  Bacilli
Ordo       :  Bacillales
Famili      :  Staphylococcacea
Genus      :  Staphylococcus
Spesies    :  Staphylococcus epidermidis (Winslow1908 dan Evans 1916).

C. KARAKTERISTIK (CIRI-CIRI)
Staphylococcus epidermidis memiliki beberapa karakteristik, antara lain:
  1. Bakteri fakultatif.
  2. Koagulase negatif, katalase positif, gram positif.
  3. Berbentuk kokus, dan berdiameter 0,5 – 1,5 µm.
  4. Hidup pada kulit dan membran mukosa manusia.

D. PENYAKIT
Infeksi Staphylococcus epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup jantung buatan, shunts, dll), tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan, kateter, dan luka besar. Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah. Dalam hal ini, buang air kecil sangat menyakitkan.
Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan Staphylococcus epidermidis. Gejala yang timbul adalah demam, sakit kepala, dan kelelahan untuk anoreksia dan dyspnea. Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal, terutama ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah.Sedangkan, Endokarditis adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung. Staphylococcus epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan lingkungan.
Berikut adalah distribusi kuman gram positif yang sensitif dan resisten terhadap bebagai jenis antibiotik berdasarkan uji kuman di RS Fatmawati Jakarta pada tahun 2001-2002, termasuk Staphylococcus epidermidis:
1.         Antibiotika golongan amino glikosida
Data hasil pengujian menunjukkan bahwa jumlah sampel yang diuji kecil, kepekaan paling tinggi ditemukan terhadap kanamisin, netilmisin dan tobramisin pada Staphylococcus epidermidis (100%), netilmisin pada Streptococcus β haemoliticus (90.0%), dibekasin, gentamisin, netilmisin, tobramisin pada Staphylococcus aureus (100%). Tingkat resistensi paling tinggi ditunjukkan terhadap tobramisin pada Streptococcus β haemoliticus (100%) dan gentamisin untuk Staphylococcus epidermidis (33,3%).

2.         Antibiotika golongan sefalosporin
Data hasil uji kepekaan kuman terhadap antibiotika golongan ini menunjukkan sampel yang diuji juga dalam jumlah kecil, kepekaan tertinggi terlihat terhadap sefotaksim dan seftizoksim pada Staphylococcus epidermidis (100%), seftizoksim dan seftriakson untuk Streptococcus β haemoliticus (100%) sedangkan Staphylococcus aureus terhadap semua antibiotika yang diuji masih sensitif. Resistensi tertinggi terlihat terhadap seftriakson untuk Staphylococcus epidermidis (50,0%) sefaleksin untuk Streptococcus β haemoliticus (75,0%).

3.         Antibiotik golongan penisilin
Disini terlihat sampel yang diuji juga dalam jumlah kecil. Kepekaan tertinggi terlihat terhadap amoksisilin-asam klavulanat untuk Staphylococcus epidermidis (100%), sulbenisilin, penisilin G terhadap Streptococcus β haemoliticus (100%). Resistensi tertinggi terlihat terhadap amoksisilin, ampisilin, penisilin G pada Staphylococcus epidermidis (100%) dan Staphylococcus aureus telah resisten terhadap semua antibiotika yang diuji (100%).

4.     Antibiotika golongan lainnya
Sampel yang diuji juga dalam jumlah kecil. Kepekaan tertinggi ditunjukkan oleh Staphylococcus aureus (100%) terhadap tetrasiklin, kotrimoksazol dan fosmisin, Staphylococcus epidermidis (83.3%) terhadap kotrimoksazol, Streptococcus β haemoliticus (100%) terhadap siprofloksasin dan fosmisin. Resistensi tertinggi diperlihatkan kloramfenikol, siprofloksasin pada Staphylococcus aureus (100%), tetrasiklin untuk Staphylococcus epidermidis (85.7%) dan Streptococcus β haemoliticus (57.1%).

Dapat diambil kesimpulan, bahwa Staphylococcus epidermidis mempunyai kepekaan tertinggi berturut-turut terhadap kanamisin, netilmisin, tobramisin, sefotaksim, seftizoksim, amoksisilin-asam klavulanat dan kotrimoksazol. Resistensi tertinggi berturut-turut diberikan untuk ampisilin, amoksisilin, penisilin G. tetrasiklin dan kloramfenikol.
Meskipun ada banyak penelitian tentang S. virulensi faktor epidermidis, sedikit yang telah dilakukan untuk mengetahui modus kerjanya.

E. PENGOBATAN
Staphylococcus epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia, telah mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin, novobiocin, klindamisin, dan penisilin benzil. Untuk mengobati infeksi digunakan vankomisin, hasil atau rifampin.

Staphylococcus epidermidis