Sebuah tulisan untuk "MAJALAH CERIA" MIM PK Kartasura
oleh Dhinar Dewi Istini
(Wali kelas IIB MIM PK Kartasura)
“What I hear, I forget.
What I see, I remember.
What I do, I understand.”
(Mel Silberman)
Riuh suara anak-anak
dari balik pintu kelas II terdengar. Beberapa waktu berselang, terdengar pula
suara letusan balon dari dalam kelas. Kembali anak-anak kegirangan. Ternyata di
kelas II sedang diadakan kegiatan eksperimen/percobaan tentang balon dengan
kulit jeruk.
(Siswa
kelas II B sedang melakukan eksperimen balon dengan kulit jeruk)
MI Muhammadiyah Program
Khusus Kartasura, sebagai penyelenggara pendidikan sekolah dasar memiliki
beberapa program. Salah satunya diadakan eksperimen di kelas bawah (kelas I dan
kelas II). Ustadz Luqman, selaku wakil kepala madrasah bagian kurikulum
memaparkan bahwa eksperimen penting dilakukan untuk mendukung kegiatan belajar
mengajar, terutama pada bidang sains.
Eksperimen atau
percobaan sains khusus menjadi jadwal pelajaran wajib di kelas bawah sejak
tahun ajaran 2013/2014. Hal tersebut dilaksanakan dengan berbagai pertimbangan.
Jadwal pelajaran di kelas bawah belum terlalu padat, sedangkan bagi siswa kelas
atas (kelas III – IV), eksperimen dapat disertakan ketika pelajaran
berlangsung. Selain itu, eksperimen yang dijadwalkan di kelas bawah bertujuan untuk
pengenalan pada siswa bahwa ilmu sains dapat dipelajari melalui
eksperimen atau percobaan dengan cara yang seru dan menyenagkan.
Eksperimen
sebagai Bentuk Kreativitas
Eksperimen merupakan
kegiatan yang baru bagi siswa, khususnya bagi siswa kelas I yang baru saja
beradaptasi dari pendidikan taman kanak-kanak (TK). “Kegiatan eksperimen
mungkin hal baru dan unik, sehingga menjadi sesuatu yang sangat dinantikan oleh
anak-anak,” ungkap Ustadzah Winda selaku tim
teaching kelas I B.
Praktiknya, eksperimen
yang dilaksanakan di kelas bawah dengan sejumlah 30-an siswa selama 15 menit menuntut
guru untuk kreatif dalam mengondisikan kelas. Sebagai contoh, ada beberapa
siswa yang takut untuk mencoba melakukan eksperimen sehingga guru perlu
melakukan pendekatan dengan cara yang kreatif. Adapun ketika eksperimen dibuat
per kelompok, siswa justru berebut ingin mencoba.
Melalui eksperimen,
guru juga harus kreatif dalam menetukan tema eksperimen sederhana yang akan
dilaksanakan setiap minggunya sesuai dengan kemampuan siswa. Bukan sekadar
melaksanakan kegiatan eksperimen namun juga harus memerhatikan materi sains
yang akan dicapai. Dalam kurun waktu tengah semester gasal tahun ajaran
2016/2017, di kelas I sudah dilaksanakan beberapa kegiatan eksperimen seperti cara
kerja cairan pemutih pakaian, balon ajaib yang diisi air dan tidak meletus
ketika dibakar di atas api, balon memuai dengan ditambahkan baking powder, dan lain-lain.
Kegiatan
eksperimen yang telah dilaksanakan di kelas II antara lain tentang larutan,
kapilaritas pada tanaman, pembiasan, pemuaian gas, balon yang pecah oleh
perasan kulit jeruk, dan lain sebagainya.
Selain guru, siswa juga
dilatih kreatif dalam melaksanakan kegiatan eksperimen. Artinya, siswa dilatih
kreatif untuk mengolah informasi dan instruksi dari guru, terampil menggunakan
alat dan bahan eksperimen, serta aktif dan kreatif untuk melakukan apa yang
harus dilakukan ketika proses pengamatan sehingga dapat menemukan sebuah
kesimpulan.
Pengalaman
Belajar melalui Proses yang Tak Terlupakan dan Menumbuhkan Nilai-Nilai Karakter
Apa
yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya lihat, saya ingat. Apa yang saya
lakukan, saya mengerti/memahami. Pengalaman belajar
yang dialami langsung oleh siswa akan melekat dan terekam di dalam memori
ingatan siswa. Proses belajar dengan melibatkan siswa untuk melakukan
pengamatan, mengumpulkan data-data dan menyimpulkan hasil melalui fakta yang
ada merupakan proses kreatif belajar yang berarti dan tak terlupakan bagi
siswa.
Eksperimen di MI
Muhammadiyah Program Khusus Kartasura ditujukan untuk mengenalkan siswa
mengenai pentingnya ilmu pengetahuan dan menarik minat siswa agar mau belajar, menikmati proses belajar tanpa menyadari bahwa sesungguhnya mereka sedang belajar. Tujuan tersebut sejalan
dengan pelaksanaan eksperimen yang telah dilakukan. Siswa sangat antusias dan
termotivasi untuk melakukan percobaan. Jam kegiatan eksperimen menjadi waktu
yang dinanti siswa. Bahkan di beberapa kelas, tidak diperbolehkan mengikuti
eksperimen menjadi punishment yang
dihindari siswa.
Siswa tidak mengenal
kata gagal. Apabila hasil eksperimen yang dilakukan mengalami kegagalan, siswa
akan mencobanya kembali di rumah tanpa diperintah oleh guru. Seperti yang
dilakukan oleh salah satu siswa kelas II A, Erlin. “Sepulang sekolah aku mencoba lagi
eksperimen di rumah.” Ungkapnya ketika ditemui seusai jam makan siang. Bahkan Erlin
masih mengingat eksperimen-eksperimen yang pernah ia lakukan di sekolah bersama
teman-temannya.
Ketika pulang ke rumah,
beberapa siswa akan bercerita kepada orang tua tentang percobaan yang telah
dilakukan. Ada kalanya eksperimen yang dilakukan siswa di sekolah juga menjadi
hal baru bagi wali murid sehingga menambah ilmu pengetahuan yang dimiliki.
Dengan alat dan bahan sederhana, bukan menjadi kendala bagi siswa dan wali
murid untuk melakukan eksperimen kembali di rumah.
Hasil eksperimen yang
telah dilakukan dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa. Beberapa pertanyaan
siswa bermunculan tanpa diminta untuk bertanya, “Mengapa bisa begitu? Mengapa
demikian?” Ketika dikembalikan kepada siswa, maka muncul beberapa jawaban
berdasarkan sumber belajar yang telah diamati. Guru mengarahkan siswa
untuk menggeneralisasikan konsep dari fakta yang dialami siswa. Secara tidak
langsung, siswa telah mengamati suatu hal, menemukan hasil percobaan, dan
membuat kesimpulan.
Melalui eksperimen,
siswa dikondisikan untuk percaya pada kebenaran secara jujur, objektif dan
realistik. Pelaksanaan eksperimen memerlukan ketelitian dan sikap ilmiah siswa.
Hal tersebut penting untuk menyiapkan siswa menuju tingkat pendidikan
selanjutnya. (Dhinar)