Home

Search This Blog

Monday 19 December 2016

EKSPERIMEN: FAKTA BELAJAR YANG TAK TERLUPAKAN



Sebuah tulisan untuk "MAJALAH CERIA" MIM PK Kartasura
oleh Dhinar Dewi Istini
(Wali kelas IIB MIM PK Kartasura)

“What I hear, I forget.
What I see, I remember.
What I do, I understand.” (Mel Silberman)

Riuh suara anak-anak dari balik pintu kelas II terdengar. Beberapa waktu berselang, terdengar pula suara letusan balon dari dalam kelas. Kembali anak-anak kegirangan. Ternyata di kelas II sedang diadakan kegiatan eksperimen/percobaan tentang balon dengan kulit jeruk.

(Siswa kelas II B sedang melakukan eksperimen balon dengan kulit jeruk)

MI Muhammadiyah Program Khusus Kartasura, sebagai penyelenggara pendidikan sekolah dasar memiliki beberapa program. Salah satunya diadakan eksperimen di kelas bawah (kelas I dan kelas II). Ustadz Luqman, selaku wakil kepala madrasah bagian kurikulum memaparkan bahwa eksperimen penting dilakukan untuk mendukung kegiatan belajar mengajar, terutama pada bidang sains.
Eksperimen atau percobaan sains khusus menjadi jadwal pelajaran wajib di kelas bawah sejak tahun ajaran 2013/2014. Hal tersebut dilaksanakan dengan berbagai pertimbangan. Jadwal pelajaran di kelas bawah belum terlalu padat, sedangkan bagi siswa kelas atas (kelas III – IV), eksperimen dapat disertakan ketika pelajaran berlangsung. Selain itu, eksperimen yang dijadwalkan di kelas bawah bertujuan untuk pengenalan pada siswa bahwa ilmu sains dapat dipelajari melalui eksperimen atau percobaan dengan cara yang seru dan menyenagkan.

Eksperimen sebagai Bentuk Kreativitas
Eksperimen merupakan kegiatan yang baru bagi siswa, khususnya bagi siswa kelas I yang baru saja beradaptasi dari pendidikan taman kanak-kanak (TK). “Kegiatan eksperimen mungkin hal baru dan unik, sehingga menjadi sesuatu yang sangat dinantikan oleh anak-anak,” ungkap Ustadzah Winda selaku tim teaching kelas I B.
Praktiknya, eksperimen yang dilaksanakan di kelas bawah dengan sejumlah 30-an siswa selama 15 menit menuntut guru untuk kreatif dalam mengondisikan kelas. Sebagai contoh, ada beberapa siswa yang takut untuk mencoba melakukan eksperimen sehingga guru perlu melakukan pendekatan dengan cara yang kreatif. Adapun ketika eksperimen dibuat per kelompok, siswa justru berebut ingin mencoba.
Melalui eksperimen, guru juga harus kreatif dalam menetukan tema eksperimen sederhana yang akan dilaksanakan setiap minggunya sesuai dengan kemampuan siswa. Bukan sekadar melaksanakan kegiatan eksperimen namun juga harus memerhatikan materi sains yang akan dicapai. Dalam kurun waktu tengah semester gasal tahun ajaran 2016/2017, di kelas I sudah dilaksanakan beberapa kegiatan eksperimen seperti cara kerja cairan pemutih pakaian, balon ajaib yang diisi air dan tidak meletus ketika dibakar di atas api, balon memuai dengan ditambahkan baking powder, dan lain-lain.
Kegiatan eksperimen yang telah dilaksanakan di kelas II antara lain tentang larutan, kapilaritas pada tanaman, pembiasan, pemuaian gas, balon yang pecah oleh perasan kulit jeruk, dan lain sebagainya.
Selain guru, siswa juga dilatih kreatif dalam melaksanakan kegiatan eksperimen. Artinya, siswa dilatih kreatif untuk mengolah informasi dan instruksi dari guru, terampil menggunakan alat dan bahan eksperimen, serta aktif dan kreatif untuk melakukan apa yang harus dilakukan ketika proses pengamatan sehingga dapat menemukan sebuah kesimpulan.

Pengalaman Belajar melalui Proses yang Tak Terlupakan dan Menumbuhkan Nilai-Nilai Karakter
Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya lihat, saya ingat. Apa yang saya lakukan, saya mengerti/memahami. Pengalaman belajar yang dialami langsung oleh siswa akan melekat dan terekam di dalam memori ingatan siswa. Proses belajar dengan melibatkan siswa untuk melakukan pengamatan, mengumpulkan data-data dan menyimpulkan hasil melalui fakta yang ada merupakan proses kreatif belajar yang berarti dan tak terlupakan bagi siswa.
Eksperimen di MI Muhammadiyah Program Khusus Kartasura ditujukan untuk mengenalkan siswa mengenai pentingnya ilmu pengetahuan dan menarik minat siswa agar mau belajar, menikmati proses belajar tanpa menyadari bahwa sesungguhnya mereka sedang belajar. Tujuan tersebut sejalan dengan pelaksanaan eksperimen yang telah dilakukan. Siswa sangat antusias dan termotivasi untuk melakukan percobaan. Jam kegiatan eksperimen menjadi waktu yang dinanti siswa. Bahkan di beberapa kelas, tidak diperbolehkan mengikuti eksperimen menjadi punishment yang dihindari siswa.
Siswa tidak mengenal kata gagal. Apabila hasil eksperimen yang dilakukan mengalami kegagalan, siswa akan mencobanya kembali di rumah tanpa diperintah oleh guru. Seperti yang dilakukan oleh salah satu siswa kelas II A, Erlin. “Sepulang sekolah aku mencoba lagi eksperimen di rumah.” Ungkapnya ketika ditemui seusai jam makan siang. Bahkan Erlin masih mengingat eksperimen-eksperimen yang pernah ia lakukan di sekolah bersama teman-temannya.
Ketika pulang ke rumah, beberapa siswa akan bercerita kepada orang tua tentang percobaan yang telah dilakukan. Ada kalanya eksperimen yang dilakukan siswa di sekolah juga menjadi hal baru bagi wali murid sehingga menambah ilmu pengetahuan yang dimiliki. Dengan alat dan bahan sederhana, bukan menjadi kendala bagi siswa dan wali murid untuk melakukan eksperimen kembali di rumah.
Hasil eksperimen yang telah dilakukan dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa. Beberapa pertanyaan siswa bermunculan tanpa diminta untuk bertanya, “Mengapa bisa begitu? Mengapa demikian?” Ketika dikembalikan kepada siswa, maka muncul beberapa jawaban berdasarkan sumber belajar yang telah diamati. Guru mengarahkan siswa untuk menggeneralisasikan konsep dari fakta yang dialami siswa. Secara tidak langsung, siswa telah mengamati suatu hal, menemukan hasil percobaan, dan membuat kesimpulan.
Melalui eksperimen, siswa dikondisikan untuk percaya pada kebenaran secara jujur, objektif dan realistik. Pelaksanaan eksperimen memerlukan ketelitian dan sikap ilmiah siswa. Hal tersebut penting untuk menyiapkan siswa menuju tingkat pendidikan selanjutnya. (Dhinar)

PRAMUSAJI YANG TANGGUH DAN RENDAH HATI



Sekelumit cerita dari PPG SM-3T berasrama angkatan 2 di Asrama UNY Wates.
(Liputan buletin pioneer pada tahun 2014, oleh Dhinar Nadi Dewii)

Mengantar, menyiapkan dan menyajikan makanan di asrama Wates untuk peserta PPG telah menjadi rutinitas bagi Santo (45), Wintolo (42), dan Bagus (21). Tiga lelaki itu bekerja pada cateringKU yang diketuai oleh Mbak Tri semenjak satu setengah tahun yang lalu, tepat dengan dimulainya kegiatan PPG SM-3T di LPTK UNY.

Santo, bapak dari dua orang anak ini sebelumnya bekerja serabutan. Beliau terbiasa bekerja serabutan sejak SMA, membantu di catering pamannya, menjadi sopir, bekerja di sawah, kerja keras, apapun, semua dijalaninya dengan senang hati. Pria yang terlihat ramah dan sederhana ini, lahir pada 6 Juni 1969. Saat ini, beliau beralamatkan di Desa Terbah RT 24 RW 9 Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulonprogo.
Wintolo, tak jauh berbeda dengan Santo, beliaupun terbiasa bekerja keras. Sebelum dibantukan menjadi pramusaji di asrama Wates, pria yang terlihat pendiam ini telah bekerja di Tawangsari sebagai tenaga pembuat bis beton. Wintolo beralamatkan di Desa Terbah RT 24 RW 9 Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulonprogo. Pria kelahiran tahun 1972 ini memiliki hobi menonton sepak bola. Jika siang tidak ada aktivitas menyajikan makanan, sering ia manfaatkan untuk kerja di sawah atau sekadar tiduran untuk melepas penat dan lelah.
 Bagus Suprapto, pria muda kelahiran 29 Mei 1993 ini akrab disapa “Mas Bagus” atau “Be-Ge”. Ia memiliki satu anak laki-laki. Bagus bergabung menjadi pramusaji di asrama Wates sejak pertengahan dilaksanakannya PPG angkatan 1. Sebelumnya, ia bekerja serabutan menjadi tukang bangunan. Pria yang terlihat pendiam dan “stay cool” ini ternyata memiliki selera humor. Ia beralamatkan di Desa Terbah, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulonprogo. Sebelum berkeluarga, ia memiliki hobi nge-band. Tetapi setelah berkeluarga, hobi itu terhenti dan perhatiannya dialihkan untuk keluarga.

Menghadapi Peserta PPG
Berbagai karakter peserta PPG yang unik dan berbeda antara satu dan lainnya memberikan kesan tersendiri bagi ketiga pramusaji. Misalnya, ketika ada beberapa peserta yang kurang sabar dalam menunggu makanan yang habis dihidangkan ataupun air mineral di galon yang belum segera digantikan. Santo menyarakan kepada peserta untuk tetap menunggu sebentar. Sebenarnya beliau memahami bahwa peserta PPG mungkin kelelahan sepulang dari kuliah atau mengejar waktu agar bisa segera sampai kampus, wajar apabila ada sebagian yang bersikap demikian. Namun, alangkah bijaknya jika ada pengertian dan saling memahami pula dari peserta PPG. Hal yang sama diutarakan oleh Bagus. Ia sudah terbiasa dengan sikap demikian. Ia lebih memilih sabar dan tetap melayani sebaik-baiknya. Bagus menambahkan bahwa perlu adanya saling pengertian, kesadaran dan introspeksi diri dari peserta.
Persiapan untuk penyediaan makanan membutuhkan waktu yang lama. Misalnya, untuk persiapan penyediaan sarapan.  Makanan diolah sejak jam 02.00 dini hari hingga diantarkan ke asrama PPG. Wintolo merasa sedih dan prihatin ketika melihat makanan yang sudah diambil peserta PPG, tetapi masih ada beberapa makanan yang tidak dihabiskan dan terbuang sia-sia. Dengan tegas, beliau menyatakan bahwa “Sebaiknya kalau tidak cocok dengan lauknya, ambil sedikit saja, dikira-kira porsinya untuk dihabiskan! Jangan sampai tidak habis, kemudian terbuang”. Menurut Wintolo, tidak baik membuang-buang makanan. Bagus juga setuju dengan apa yang dikatakan Wintolo. “Masih banyak orang-orang di luar sana yang masih kesusahan mendapatkan makanan. Perlu adanya kesadaran untuk tidak menyisakan makanan yang sudah diambil dan terbuang begitu saja”, kata Bagus.
Terkadang Bagus merasa kesal dan kecewa pada sikap peserta PPG yang mengambil jatah makanan/snack lebih dari satu. Padahal dari catering sudah menyiapkan sesuai dengan jumlah/porsi peserta PPG. Apabila ada peserta yang tidak mendapatkan bagiannya, lagi-lagi yang kena adalah pramusaji.
Antara PPG angkatan pertama dan kedua terdapat sedikit perbedaan. Jika angkatan kedua lebih aktif dan emosional, angkatan pertama lebih bisa memaklumi dan sabar. Menurut Santo, mungkin karena angkatan kedua lebih muda-muda dibandingkan angkatan pertama, sehingga wajar jika terbawa semangat jiwa mudanya. Namun, sejauh ini tidak ada masalah yang berarti dan masih bisa diatasi.
Kesabaran, kesadaran diri, saling memahami dan pengertian adalah beberapa hal yang perlu diterapkan agar segala sesuatunya lancar. Hal itu pula yang selama ini dilakukan ketiga pramusaji dalam menyiapkan dan menyajikan makanan di asrama Wates.

Motivasi Kehidupan
Ketiga pramusaji sudah terbiasa bekerja keras sejak muda. Bagi Santo dan Wintolo, sekeras apapun hidup, sesulit halangan yang ada, harus tetap dijalani dan dinikmati. Hidup yang keras perlu ada usaha dan pengorbanan.
Hidup tidak selamanya mulus dan sesuai yang diharapkan. Semua orang pernah mengalami putus asa atau kekecewaan. Bagi Bagus, yang terbaik saat ini adalah masa depan anaknya. “Anak saya jangan sampai seperti saya. Bagaimanapun caranya harus sabar dan berusaha” ungkapnya.

Harapan untuk UNY dalam Rangka 50 tahun Emas
Sebagai pramusaji yang melayani peserta PPG di asrama Wates, secara tidak lagsung mereka sudah menjadi bagian dari UNY. Seiring dengan usia emas UNY yang ke 50, mereka berharap UNY semakin berjaya dan meningkatkan kualitas kerja, semoga semakin sukses, lebih baik dan yang terpenting jangan lupa dengan masyarakat.