Home

Search This Blog

Friday 30 March 2012

Catatan dari Seorang Teman (yang entah, sekarang ada dimana)


Ketika aku menangis, dia mencatat sebuah catatan misterius...
"Jangan menangis! Suara tangismu membuatku miris rasakan luka. Rintihan dari luka hatimu membuatku serasa di neraka. Jangan menangis! Kau akan baik-baik saja, terjaga dalam hati yang manis,, yang akan mengantarmu pada senja. Jangan menangis! Air matamu serupa air suci, yang akan ku jaga dari tangan bengis,, dan akan ku simpan dalam satu guci cinta."

Ketika aku merasa ketakutan dengan hal-hal yang kutakutkan, dia menuliskan catatan misterius...
"Dia temanku.. Dia baik.. Kau takut?? Aku tidak.. Dia buatku sejuk, dia bijak,, juga ajarkan aku tentang renungan. Dia tau, aku menyerah.. Dia selimutiku dengan hatinya.."

Ketika aku merasa putus asa, dia menuliskan catatan motivasi...
"Seseorang tidak dikatakan arif, sampai ia bisa menjadi seperti bumi yang diinjak oleh orang baik dan jahat, menjadi seperti awan yang menaungi segala sesuatu, dan seperti air hujan,, menyirami yang disenangi dan tidak disenangi."

Ketika aku merasa tertekan dengan keadaan dan murung tanpa senyuman, dia masih sempat mencatat catatan singkat...
"Aku tak bisa menemukan senyum itu.. Senyum yang membuat kehidupan.. Kehidupan kecil di tengah kehampaan. Walaupun kecil,, menyimpan banyak harapan, cinta dan kasih sayang."

Ketika aku mulai jauh dan semakin jauh, dia menuliskan catatan misterius dari buah pikiran dan hatinya...
"Aku bersembunyi di padang ilalang dengan perasaan kesal, karena tak lagi dihiraukan seseorang. Dengan beribu sayang yang hilang,, ku bersemayam di pegunungan, yang dipenuhi bebatuan terjal, karena tak ingin dia menjemput angan, di antara jalan yang suguhkan ajal.."
"Biar ku berlari di tengah keramaian. Jangan khawatir! Tak membuatku mati, karena keinginanku sendiri, bukan juga bunuh diri. Sejauh mungkin aku tak peduli... Sepi,, yaa.. Sepi."

Ketika aku semakin hilang, dia menuliskan...
"Ku tunggu dirimu, di atas rajutan mimpi-mimpiku. Ku tunggu cintamu, di pinggiran angan yang kelabu. Ku tunggu hadirmu, dengan segenap cintaku,, yang mulai melebur menyatu dalam haru."

3 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. masa depan selalu menatap kita
    menatap tajam dan tercengang...
    seberapa kita berani balik menatapnya...
    dan saat itu ternyata kita telah berhadapan langsung dalam hitungan jengkal dengannya...
    siapkah kita? mampukah kita?
    (seketika)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masa Depan?
      Ah, aku seperti takut
      Layaknya pengecut yang
      Mati takut, jalani hiduppun ragu-ragu tak mau
      (just write)

      Delete